Selalu teringat dibenaku, ketika aku bercita-cita menjadi seorang “kernet” mobil, yang saat itu aku masih kecil dan ku anggap propesi itu menyenangkan. Seiring berjalannya waktu, pikiranku pun semakin dewasa, dan akhirnya ku buang jauh-jauh cita-cita ku dulu dan ku ubah menjadi seorang “Guru Besar” Matematika. Untuk mewujudkan Cita-cita ku, aku pun perlu menjelajahi berbagai sekolah. Semenjak keberangkatan sodara ku ke Negara Republik Islam Iran, , sejak saat itu pula aku pun bercita-cita ingin menyusulnya dan sekolah disana, ditambah dengan rencana keberangkatan Pak Hasan Bisri,,aku semakin berharap bisa Berangkat ke sana dan bertemu dengan AyatuLLah Ali Khamenei kemudian beziarah ke makam Ayatullah Imam Khomeni yang menurut keterangan makam beliau selalu harum.

Untuk keperluan hidup, aku selalu berharap ingin memiliki rumah sederhana, Mobil (jika aku membutuhkannya) jenis sedan yang berwarna biru, motor dan sebuah sepeda.

Dan aku pun selalu berharap untuk bisa bekerja seperti yang aku cita-citakan yaitu menjadi seorang guru.

Dan di dalam kehidupan aku selalu ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Di akhir hidup, aku ingin Khusnul Khotimah dan Masuk Surga. Amiin!.



pesantren Darussalm yang didirikan pd th 1926 ini, menjadi salah satu sentral pendidikan yang terkenal di nusantara khususnya di kabupaen ciamis. bagaimana seh pst Darussalam itu? Darussalam Islamic Boarding School begitulah bahasa Modern dari pst darussalm. pesantren yang sudah berdidri sebelum indonesia merdeka ini, sangatlah bermanfaat bagi oran-orang khususnya saya sendiri, dengan masuknya saya ke pesantren darussalam membuat saya menjadi "mampu sendirian tampil" seperti tujuan pesantren yang tersirat dalam lagu Mars Darussalm, dan itu sangatlah berguna bagi diri saya....dan masih banyak lagi manfaat yang saya rasakan!

"Darussalm itu bagus", begitulah kata orang-orang luar tentang Darussalam, dan memang semua itu menjadi kenyataan stelah saya masuk ke sekolah MAN Darussalam Ciamis. Sekolah yang berlabelkan agama ini banyak menghasilkan prodak-prodak unggulan yang bisa bersaing di Dunia modern ini. bagi saya sendiri MAN Darussalm adalah sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat-bakat siswa-siswinya. dengan apa she? dengan adanya berbagai ekstra yang sangat bermanfaat bagi siswa-siswinya. Dan banyak sekali prestasi-prestasi yang telah diraih oleh anak-anak MAN Darussalam. Yang paling saya suka di MAN Darussalm ini, adanya ekstra tentang Journalist yang sangat bermanfaat bagi diri saya pribadi. Pokonya Di MAN Darussalam ini... Ok lahhh..... Asalkan kita mau bersungguh-sungguh, kerja keras, dan berkorban, karena hidup itu butuh pengorbanan. kesuksesan tidak akan pernah tercapai dengan bermalas-malasan.




Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial yang sangat populer, bahkan mengalahkan Friendster yang sudah ada lebih dulu. Penggunanya pun bukan orang sembarangan: tokoh politik, artis dan orang-orang penting rata-rata menggunakan FB, bahkan calon-calon presiden yang kemaren pun banyak yang menggunakan Situs jejaring sosial ini untuk melakukan kampanye.


Semenjak mengenal Interenet terutama facebook dan blogger sebenarnya banyak manfaat yang dapat diambil but tidak sedikit pula nilai negatifnya juga. manfaatnya

1. memudahkam komunikasi dengan teman
2. tempat mencurahkan segala kreatifitas di Blog
3. mempererat tali silaturahmi dengan family
4. jadi banyak teman di Facebook
5. bisa chatingan
6. membantu kelangsungan pergaulan di zaman yang modern ini
7. bisa reuni-reuni sama temen-temen
8. bisa tukar pikiran dengan kata lain bisa diskusi lewat facebook
9. menghilangkan rasa jenuh
10.Bisa buat cari pasangan "Hidup"
11. Dapat Mensyukuri Nikmat Allah yang diberikan kepada saya dengan adanya Facebook dan Blogger

Tapi tak sedikit pula nilai negatifnya dari jejaring sosial ini.































alangkah indahnya lautan ini...sungguh Allah maha segala-galanya, dan saya rasakan betapa kecilnya diri ini betapa rendahnya diri ini dibandingkan dengan semua yang Allah miliki...
Ya Allah jadikanlah hamba orang yang rendah hati,,,tdk sombong,,,,





Hanya tiga yang saya rasakan
"panik, takut,sedih"

saking paniknya diri ini,,samapi-sampai,,si berang-berangKu,,,,
terjatuh dan Bengkok.........


exact....
siapakh itu?


my father

with my friend


The Day of teacher




In The Name of Alloh The Almighty

Peace be upon our beloved prophet Muhammad and his holy family ,the Best Teacher forever. Also peace be upon you or Assalamu’alaikum wr wb.

In this nice situation ,may give congrulation to all of our teachers for the day of teacher in Indonesia on November 24 th !
I would like to express my affection from my deep heart to comemmorate “ the day of teacher”.
Teacher in my mind is like a lamp in the darkness. So, how could we walk in the darkness safety without a lamp? Teacher is like it for me in our life !
Teacher is like a friend who is ready to help me any time in happiness and sadness. Teacher is like a good example to me guiding to be a good one.
Teacher is like a hard worker that never complain for reaching the success of his or her students.
So how a useful teacher for me ,for a society, for a nation ,for the world , more over for the here after ? But that’s a pitty we still can’t give teacher a good attention and a good honour,especially in Indonesia. It must be struggled by us as a young generation to thank for the kindness of teacher. Or it’s our homework in the future!
The last but not list , as my simpathy to our teacher . Be our prophet as the ultimate teacher , you always be in lucky!I hope your forgiveness for my mistake in this speech!Thanks for your attention !

Assalamu’alaikum wr wb.


berfoto bersama anak=anak.............
bsm...
bsm........
bsm........ bsm........
bsm........
bsm........
bsm........

hahahhaa
in IC




my memorys

























Pengen Sukses dalam pemBelajaran???

Pendidikan menjadi penentu kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh maju mundur pendidikannya. Pendidikan yang maju adalah pendidikan yang berhasil.

Oleh karena itu faktor-faktor penghambat keberhasilan pendidikan harus dihindari dan faktor-faktor keberhasilan pendidikan harus dicari dan ditemukan untuk dilaksanakan.

Di antara bagian pendidikan yang lebih terprogram ialah pendidikan formal di sekolah, yang mencakup pembelajaran di kelas.

Pemebelajaran yang berhasil sangat diharapkan terjadi dikelas sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan pada umumnya.

Di antara permasalahan di kelas ialah keberhasilan pembelajaran yang belum maksimal. Saya melihat diantara penyebabnya adalah kurang sesegera mungkin perhatian siswa dipusatkan pada materi yang akan disampaikan oleh guru yang bersangkutan.

Konsentrasi atau pemusatan perhatian siswa merupakan salahsatu cara yang efektif dalam penguasaan materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru terhadap siswa.

Saya melihat dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas kebanyakan seorang guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebelum proses belajar mengajar berlangsung.

Oleh karena itu dirasa perlu mengungkapkan tujuan pembelajaran setiap pertemuan pembelajaran di kelas oleh guru sebelum pembelajaran dimulai. ‘Sein Doc

tragedi LGJ
berakhir dengan
kelelahan, kecalean, dan
KEGEMBIRAAN



mudah-mudahan LGJ tahun depan lebih baik dari tahun sekarang amien......


foto bersama anak-anak BSMR Wira
kenangan, yang tak bisa dilupakan...kebersamaan bersama my friends

Makalah..

ORGANISASI PALANG MERAH

A. GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

SEJARAH LAHIRNYA GERAKAN


Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.

Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Kenangan dari Solferino", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;

  • Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
  • Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.

Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).

Dalam perkembangannya kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.

PALANG MERAH INTERNASIONAL

  1. Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.
  2. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah :
    • mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
    • menjalankan Prinsip Dasar Gerakan

Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

  1. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional.

PERTEMUAN ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL

Sesuai dengan Statuta dan Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyebutkan empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ( Internasional Red Cross Conference) . Konferensi ini dihadiri oleh seluruh komponen Gerakan Palang Merah Internasional ( ICRC, perhimpunan nasional dan Federasi Internasional ) serta seluruh negara peserta Konvensi Jenewa. Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam Gerakan dan mempunyai mandat untuk membahas dan memutuskan semua ketentuan internasional yang berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan kepalangmerahan yang akan menjadi komitmen semua peserta.

Dua tahun sekali , Gerakan Palang Merah Internasional juga mengadakan pertemuan Dewan Delegasi (Council of Delegates) , yang anggotanya terdiri atas seluruh komponen Gerakan. Dewan Delegasi akan membahas permasalahan yang akan dibawa dalam konferensi internasional. Suatu tim yang dibentuk secara khusus untuk menyiapkan pertemuan selang antar konferensi internasional yaitu Komisi Kerja ( Standing Commission).

Bersamaan dengan pertemuan tersebut khusus untuk Federasi Internasional dan anggota perhimpunan nasional juga mengadakan pertemuan Sidang Umum (General Assembly) sebagai forum untuk membahas program kepalangmerahan dan pengembangannya.

KOMITMEN KEMANUSIAAN

Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi 2010) ; Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan kesepakatan Konferensi Internasional ( Plan of Action ).

1. STRATEGI 2010

Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi yaitu: "memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan kemanusiaan".
Tiga tujuan utama yang strategis adalah:

Memperbaiki Hajat Hidup masyarakat Rentan


Strategi ini terfokus melalui empat bidang inti, yaitu:
+ Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaan;
+ Penanggulangan Bencana;
+ Kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan
+ Kesehatan dan perawatan di masyarakat.
Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.

Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan


Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam Perhimpunan Nasional.

Bekerjasama Secara Efektif


Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi yang kuat , efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi Internasional.

2.DEKLARASI HANOI "United for Action"

Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan.

Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan penderitaan umat manusia.

Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu berikut:
+ Penanggulangan bencana
+ Penanganan wabah penyakit
+ Remaja dan Manula
+ Kemitraan dengan pemerintah
+ Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber daya
+ Hubungan masyarakat dan promosi

3.PLAN OF ACTION 2000 – 2003

Plan of Action 2000 - 2003 merupakan keputusan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun 1999 . Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di bidang kemanusiaan.

Komitmen Pemerintah Indonesia

Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dari Konvensi-Konvensi Jenewa 1949

Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan Lambang Palang Merah

Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan penanggulangan bencana

Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum Humaniter Internasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat sipil dan militer

Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untuk membantu masyarakat rentan

Komitmen Palang Merah Indonesia

Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompok sasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait.

Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana di daerah-daerah yang rawan bencana melalui program "community based" dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional.

Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah, pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan P3K yang berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan kelompok masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki pelayanan ambulan dan pos P3K.

ORGANISASI PALANG MERAH INDONESIA (PMI)

SEJARAH PMI

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

PERAN DAN TUGAS PMI

Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI :
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu

Kemanusiaan (humanity)

Kesukarelaan (infertiality)

Kenetralan (netrality)

Kesamaan (independen)

Kemandirian (politarisentrik)

Kesatuan (unity) dan

Kesemestaan (universality)

SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA

Dasawarsa I 1945 -1954

Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran.

Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone.

Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.

PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah.

Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan.

PMI mulai mengembangkan kegiatn kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak).

DASAWARSA II 1955 - 1964

Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara.

Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan.

Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura.
Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut.

Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan.

DASA WARSA III 1965-1975

Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI.

Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia.

Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya) Jakarta - Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio.

DASAWARSA IV 1975 -1984
Kerjasama PMI-ICRC

PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur.
Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC.

Bencana Alam

Ketika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten
PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan.

Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter.
PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan

Transfusi Darah

Tahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.

Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980

DASAWARSA V 1984 – 1994

Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985.

Tracing and Mailing RRC-RI

Selain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus.

Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat.

Bencana alam

PMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,-

Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I.

Perang Teluk tahun 1991

Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah.

Uji Saring Darah HIV

Penyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI.

Temu Karya KSR

Pada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.

DASAWARSA VI 1994 – 2004


Bencana Alam (Gempa Bumi

Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur.

Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan.

Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor.

Banjir

Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir.

Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI.

Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias.

Penanggulangan Bencana Konflik

Suatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan.

CBFA- Tarakan dan Lampung

Proyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran.

PMI KINI

Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.

Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 - 2004 :

A. Visi

PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

B. Misi

Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.

Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup:
+ Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat
+ Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat
+ Usaha Kesehatan Transfusi Darah

Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.

Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.

PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN ORGANISASI

A. TUJUAN

Menyempurnakan organisasi dan tata laksana PMI di semua tingkatan untuk persiapan peningkatan kemandirian dan kenetralan PMI dalam 5 tahun ke depan.

B. PROGRAM 2002

Melanjutkan upaya akurasi data kapasitas organisasi daerah dan cabang dari hasil respon kuistioner yang diberikan Daerah dan Cabang dan Laporan Persemester atau Tahunan.

Menyusun pola standar Orientasi Kepalangmerahan dan implementasi manajemen PMI bagi pengurus.

Memberikan arahan kepada Daerah untuk mengaktifkan fungsinya melalui:

Pengamatan aktif, advokasi dan membantu implementasi AD/ART, khususnya di dalam MUSDA dan MUKERDA.

Lokakarya Manajemen dan Organisasi bagi daerah dan beberapa cabang terpilih.

Orientasi kepalangmerahan dan manajemen organisasi untuk daerah dan cabang-cabang yang dimiliki.

Membina Rencana Strategis Pengembangan Organisasi melalui kinerja tim OD

Lokakarya bagi pengembangan fungsi markas pusat bagi Kepala Unit Daerah (KAMADA)

Melanjutkan pemberian bantuan kepada korban gempa bumi di Bengkulu, dengan pilot program OD di PMI Bengkulu, untuk mendukung implementasi program CBFA, water and sanitation in Bengkulu.

Memantapkan persiapan untuk MUKERNAS tahun 2002

Menerbitkan perangkat lunak bagi pengembangan manajemen dan organisasi seperti Petunjuk Bagi Pengurus PMI.

Kapasitas Organisasi PMI per/ April 2002
Jumlah Daerah : 30 daerah
Jumlah Cabang : 323 cabang
Jumlah Ranting : 450 ranting
Jumlah KSR : 28.554 orang
Jumlah TSR : 22.347 orang
Jumlah PMR : 670.127 orang

Contoh materi yang di Bahas di PMI/BSM

PENANGANAN KORBAN

Korban medis merupakan korban yang mengalami gangguan biologi atau kimia, seperti keracunan, sesak nafas, atau gangguan pencernaan. Pada kasus ini korban sama sekali tidak mengalami gangguan fisik/benturan

Hal utama dalam menangani korban medis adalah informasi mengenai riwayat korban. Informasi tersebut akan berguna untuk mendiagnosis kondisi korban dan menentukan pertolongan yang sesuai. Informasi ini bisa diperoleh langsung dari korban bila korbannya sadar. Namun, jika korban tidak sadar, informasi bisa diperoleh dari saksi mata atau keluarga korban.

Pada dasarnya pemberian pertolongan pada korban medis melalui tahap-tahap sebagai berikut:

- penilaian keadaan

Penilaian keadaan merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan jika menemui korban yang memerlukan bantuan. Hal yang harus dinilai pertama kali adalah masalah lingkungan, apakah lingkungan aman untuk memberikan pertolongan atau tidak. Jika tidak, aman, korban bisa dipindahkan ke tempat yang aman terlebih dahulu, tentu saja dengan syarat pemindahan tersebut memungkinkan dan tidak membahayakan korban.

Setelah lingkungan dirasa aman, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang dialami korban. Informasi ini dapat diperoleh dari korban atau saksi mata.

Langkah terakhir pada penilaian keadaan ini adalah meminta bantuan. Korban butuh dirujuk ke rumah sakit atau instalasi kesehatan yang lain secepatnya. Untuk itu, bantuan yang sebaiknya dipanggil adalah ambulans.

- penilaian dini

Penilaian dini adalah pemeriksaan awal terhadap korban. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang bersifat mendasar, berhubungan dengan kelangsungan hidup korban, sehingga harus segera dilaksanakan. Penilaian dini ini meliputi:

- pemeriksaan kesadaran korban

Tingkat kesadaran korban dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu awas/kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon terhadap nyeri, dan tidak sadar sama sekali. Dalam pemeriksaan ini buatlah tes terhadap penglihatan, misal dengan menggerakkan jari di depan korban. Jika korban memberi tanggapan, berarti korban dalam keadaan sadar. Jika tidak, pemeriksaan dilanjutkan dengan tes suara, misal dengan dipanggil. Jika ada tanggapan, maka korban respon terhadap suara. Jika tidak, korban bisa distimulasi dengan rasa sakit dengan cara mencubit lengan atas bagian dalam, dekat ketiak, atau dengan menekan dada. Jika ada tanggapan, dilihat dari perubahan raut muka atau tanda-tanda sakit yang lain, maka korban respon terhadap nyeri. Jika tidak ada tanggapan, maka korban benar-benar tidak sadar.

- pemeriksaan saluran nafas (airway)

Pemeriksaan saluran nafas bertujuan untuk membebaskan dan membuka jalan nafas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuka mulut dan mengamati apakah ada benda yang berpotensi menyumbat saluran pernafasan. Jika ada, benda tersebut harus dikeluarkan. Jika tidak, langkah selanjutnya adalah menekan dahi dan mengangkat dagu korban sehingga kepala korban berada pada posisi tengadah. Posisi ini akan mempertahankan terbukanya saluran pernafasan.

- pemeriksaan nafas (breathing)

Pemeriksaan nafas bertujuan untuk mengetahui apakah korban bernafas dengan normal atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mendekatkan telinga dan pipi penolong ke hidung korban dan mata penolong tertuju pada dada atau perut korban. Lihat pergerakan dada atau perut saat korban bernafas, dengar suara nafas korban, rasakan hembusan udara yang keluar dari hidung, dan hitung jumlah hembusan nafas korban selama 5 detik. Kalikan jumlah hembusan nafas tersebut dengan 12. Korban dikatakan bernafas dengan normal apabila jumlah nafasnya 12 – 20 kali per menit.

Apabila pada pemeriksaan nafas ini diketahui korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan cara meniup mulut korban dan menutup hidungnya setiap 5 detik. Jika korban mengalami keracunan gas, jangan langsung meniup mulut korban. Gunakan alat bantu agar gas dari paru-paru korban tidak meracuni penolong.

- pemeriksaan sistem sirkulasi darah (circulation)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa jantung korban berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuh nadi karotis di leher selama 3 – 5 detik. Normalnya nadi berdenyut sebanyak 60 – 90 kali per menit. Jika tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi jantung paru.

- pengumpulan informasi riwayat penderita

Informasi yang diperlukan dari penderita meliputi:

- keluhan utama yang dialami/dirasakan korban

- obat-obatan yang baru saja diminum atau lupa diminum

- makanan dan minuman yang terakhir

- penyakit yang sedang atau pernah diderita korban

- alergi yang mungkin dialami

- kejadian yang dialami korban

- pemberian pertolongan pertama

Pertolongan pertama yang diberikan pada korban beragam, tergantung pada jenis kejadian yang dialaminya. Sebagai contoh, jika korban mengalami keracunan lewat makanan dan minuman sebelum 2 jam, usahakan untuk bisa muntah.

- pemeriksaan berkala

Pemeriksaan berkala dilakukan setelah pemberian pertolongan pertama hingga korban dirujuk ke rumah sakit atau instalasi kesehatan yang lain. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 15 menit jika tanda vital (aliran nafas dan denyut nadi) normal atau setiap 5 menit jika tanda vital tidak normal. Secara umum, pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, jalan nafas, jumlah pernafasan, denyut nadi, keadaan kulit, dan suhu tubuh.

- pelaporan

Setelah menangani korban, hasil pemeriksaan dan tindakan pertolongan yang dilakukan harus dilaporkan secara singkat dan jelas pada pihak yang menangani/menerima korban, misal pihak rumah sakit.

~ Dirangkum dari diklat PMI ~